Peserta Tes PPDB |
Lebih dari empat kali saya meng-interview calon walimurid. Saya berhadapan dengan berbagai latar belakang walimurid yang berbeda, dan juga gaya bahasa yang beragam pula. Kebanyakan mereka adalah pasutri yang sibuk di luar rumah, pekerja kantoran, yang meninggalkan pintu rumah di balik punggungnya beriringan dengan fajar yang menyingsing. Ada pula yang tetap di rumah merawat anak-anaknya menuju usia remaja. Tak hanya itu, ada pula calon walimurid yang open minded, terbuka dalam memberi informasi tentang anaknya, tetapi ada pula yang bahasa diplomatisnya terasa payau seperti sedang menyembunyikan suara detak bom waktu.
Dari interview-interview itu saya belajar banyak hal. Tidak hanya belajar bagaimana menjadi bagian dari manajemen sekolah yang harus menjawab banyak hal seputar pembelajaran, tetapi juga belajar apa yang menjadi konsen orangtua ketika mengirim anaknya ke sekolah. Orangtua lebih menyukai untuk mendengar jawaban-jawaban realistis dan fakta-fakta pembelajaran di sekolah, bukan tentang idealisme pendidikan dan pembentukan manusia unggul karena di manapun lembaga pendidikan selalu menjunjung nilai-nilai idealisme yang begitu-begitu juga. Yang membedakan antara satu dengan yang lain adalah realisasi program untuk mencapai visi sekolah.
Namun tak dipungkiri bahwa ada pula walimurid yang senang dengan label-label, semacam artivisial yang indah-indah. Juga dengan idealisme yang begini dan begitu. Belum termasuk berhadapan dengan walimurid yang mbulet dengan basa-basi.
Tak terlepas dari itu, saya menikmati pertemuan-pertemuan itu. Saya benar-benar mendapatkan pelajaran berharga. Tak jarang pula saya senyum-senyum sendiri kala menghadapi siswa. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kira-kira begitu kesimpulan dalam benak saya. Maaf, saya tak bisa menceritakan lebih lanjut karena saya pikir tak sopan.
2015
Post a Comment