Mas Pa-eng

Aku Lali Nek Durung Mati. || Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Mung kadang-kadang ngedumel sithik.

Gambar Pekan Ini

Gambar Pekan Ini
Gambar berdasarkan mood yang muncul.

Subscribe and Follow

Instagram

recent posts

Ads

Contact Form

Flickr Images

Pendapatmu tentang blog ini?

Top Style

[4] [Tali Rasa] [one] [Tali Rasa]

Popular Posts

Top Slide

[5] [true] [slider-top-big] [Slider Top]

Buka Tabir Kebodohanmu

| No comment
Kebodohan Bukan Hukuman
Untuk memudahkan definisi, sebut saja orang bodoh adalah orang yang terhalang dari pengetahuan terhadap suatu permasalahan. Kalau batasan ini dimengerti maka setiap orang benar-benar berada di dalam lingkup kebodohan. Hanya saja kadar gelap dan terangnya saja yang berbeda.


Agama sendiri telah memberi perintah untuk segera mencerdaskan diri, mengentaskan kebodohan yang ngendon dalam diri sendiri untuk dapat mengentaskan kebodohan yang ada di lingkungan sekitarnya. Namun, masih saja ada orang yang enggan mentas dari kebodohannya sampai-sampai agama tidak hanya berhenti pada perintah tapi juga memberikan iming-iming bagi siapapun yang mau hijrah dari kebodohannya: derajat yang tinggi, kehormatan, malaikat yang membentangkan sayapnya di atas kepala orang yang mencari ilmu, dan masih banyak lagi.

Tapi kebanyakan manusia menganggap ini apa. Watak dasar manusia adalah hina dan rendah –termasuk saya. Menangkap sesuatu yang agung dan tinggi tidaklah mudah, apa lagi ini naik. Sehingga pesan Tuhan yang tinggi itu pun tidak dapat dimaknai dengan baik. Untungnya –dan Alhamdulillah sekali berkat pertolongan Allah- terdapat orang-orang yang berhasil mentas dari dunia hina ini dan mencoba kembali untuk menerjemahkan Kata-kata-Nya dengan menggunakan bahasa rendahan. Seperti nasehat-nasehat, pantun, slogan, dan UU.

Sayangnya yang terakhir itu –UU- miskin ruh, semangat nilai keagungan dan budi luhur. Akibatnya?! Ya sama aja. Dari luar tampak pintar tapi sebenarnya masih bodoh, kayak saya.

Suatu waktu saya nguping teman-teman saya yang sering ­ngerumpiin orang. Kata salah satu dari mereka –dengan nada mengejek-, “Pendidikan modern hanya mendidik otak saja. Kaya ilmu tapi miskin ngilmu. Hasilnya, mereka gila. Gila otak karena kecerdasan mereka tidak terkontrol. Gila akhlak karena mereka sudah berani memperkosa ibu kandungnya sendiri.

Dua hal yang membingungkan saya. Pertama miskin ngilmu dan kedua gila akhlak.

Ternyata –di ujung rumpian mereka- “Miskin ngilmu dan gila akhlak itu sama saja; sama-sama tak bermoral, sama-sama sakit emosional, sama-sama tak punya air spiritual.” Mereka pun tertawa terbahak-bahak.

Iseng-iseng mengambil kesimpulan sendiri dari obrolan meraka kalau saat ini yang terpenting dalam pendidikan kita adalah pendidikan kepribadian; mendidik anak yang berakhlakul karimah. Karena mendidik anak menjadi pinter intelektualnya itu lebih mudah dari pada mengarahkan anak untuk tepo seliro, sabar, simpatik.

Orang Timur sudah terlanjur dikenal dengan budaya ketimuran yang unggah-ungguh. Hanya karena keblinger dengan wacana globalisasi semua berbondong-bondong mengangkat globalisasi. Asyik memuji-muji ladang orang, lupa dengan taman sendiri. Ujung-ujungnya ya keblalasan; Tongkorangan Global Paradigma Lokal.

Ya Allah, saya ngelantur ke sana-sini. Padahal saya ingin bilang: mari kita buka tabir yang menghalangi mata kita dari cahya pengetahuan, membangun jembatan dari satu limbik ke limbik yang lain. Semoga kalau yang dalam diri ini baik, yang keluar pun demikian.Wallahu a'lam.