Kabut; terjadi karena udara di permukaan atmosfir lebih hangat dari pada di sawah ini
Mereka turun ke sawah ini untuk menyelimuti batang-batang padi yang berumur sebulan
Semakin tebal kabut yang turun di pagi ini
Semakin panas siang nanti
Itulah fenomena alam
Belum sedetik aku berpaling
Kabut-kabut itu berbisik lembut di telinga;
Kami bukan fenomena. Kami ini utusan yang kuasa untuk memberi kesejukan pada tiap tangkai padi. Karena di luar sana terdapat kebisingan, celaan, godaan, dan umpatan. Yang akan memperkeruh panas terik matahari siang nanti
Ah, Kau ini seperti sahabatku saja
Yang setiap pagi berdandan rapi entah kemana
Hingga suatu hari ia menjawab setelah aku desak dengan ribuan tanya
Rupanya ia sibuk menanamkan kosa kata dan tanda baca
Seluet lapisan cahaya mentari menerobos celah dedaunan
Bahasa pagi yang tidak pernah habis ketika coba kau renungkan
Lalu, kabut-kabut itu menarik sendi-sendiku dengan rasa dingin
Dan kembali berbisik;
Setiap masa yang datang pastilah ada akhiran. Padi kecil ini masih terlalu ringkih untuk aku tinggalkan. Hanya butiran embun di ujung-ujung dedaunan yang aku tinggalkan. Semoga siang nanti ia masih punya setetes air untuk diteguk dan meneruskan kehidupan.
Aku terkesima
Dan memaksakan diri melawan dingin mencari sahabatku yang telah beranjak
Hanya sekedar untuk menyampaikan
“Kau tidak sendiri kawan”
Bence, 28 Juni 2009
ya kawan, kau tidak sendiri...
ada award dan pe-er yang ku bagi untukmu di sini: http://perjalanankata.wordpress.com/2009/06/30/yoan-is-awesome/
ambil ya han.. :D
Post a Comment