Mas Pa-eng

Aku Lali Nek Durung Mati. || Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Mung kadang-kadang ngedumel sithik.

Gambar Pekan Ini

Gambar Pekan Ini
Gambar berdasarkan mood yang muncul.

Subscribe and Follow

Instagram

recent posts

Ads

Contact Form

Flickr Images

Pendapatmu tentang blog ini?

Top Style

[4] [Tali Rasa] [one] [Tali Rasa]

Popular Posts

Top Slide

[5] [true] [slider-top-big] [Slider Top]

Pidato Dirgahayu Desaku Ke-650.

| No comment

Yang saya hormati, para penduduk desa yang tidak lagi percaya pada saya.
Yang saya sayangi, para institusi yang selalu ngekor di belakang saya.
Yang saya benci, diri saya sendiri yang tidak bisa membawa penduduk desa ini lebih maju dari desa yang lain.

Dirgahayu desaku!
Selamat pagi semuanya. Semuanya sampai pagi ini masih selamat?
Sengaja saya tidak ingin bersyukur atas dirgahayu desa kita kali ini. Karena saya tidak tahu lagi harus bersyukur atas apa. Jadi dalam kesempatan ini, saya hanya ingin mengucapkan permohonan maaf. Permohonan maaf ini saya persembahkan kepada kalian yang meskipun dengan mata telanjang mampu melihat kesalahan saya, dan tentunya kesal dengan cara kerja saya, namun tetap saja tidak meminta saya untuk turun dari jabatan saya. Saya anggap ini sebagai penghormatan buat saya karena kalian masih menaruh harapan kepada saya untuk melakukan perbaikan. Meskipun sangat kecil. Saya tahu kalian sudah lebih apatis.

Permohonan maaf saya yang kedua, saya persembahkan kepada leluhur desa kita karena saya tidak cakap dalam meneruskan perjuangan mereka sebagaimana tertulis dalam manuskrip yang sekarang tersimpan di balai desa.

Selanjutnya, permintaan maaf ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang mana nasehat-nasehatnya telah lama saya lupakan karena saya anggap nasehat-nasehat itu terlalu kolot untuk zaman sekarang ini.

Saudara-saudara sekalian yang kian terjepit.
Saya ingin mengajak istighfar bersama-sama atas kejadian-kejadian aneh yang terjadi belakangan ini. Sebagaimana para guru kita mengajarkan bahwa beristighfar akan menghapus kesialan yang telah tercatat atas hidup kita. Yang saya maksud dengan kejadian-kejadian aneh itu adalah:

Pertama, keamanan pasar yang saya bentuk sudah kelewat galak. Yang seharusnya mengamankan saya, justru saya tidak aman. Yang seharusnya mengamankan harta kalian yang disetorkan ke bendahara desa untuk pembangunan desa, justru membahayakan. Makanya, dengan terpaksa saya harus menjinakkan kembali dengan berbagai cara. Cuma koq anggota keamanan pasar itu gak nyadar juga ya kalo sedang saya sentil. Ya sudahlah!.

Kedua, saya punya ambisi untuk melakukan penghematan energi. Caranya dengan menggalakkan energi alternatif. Tapi pembantu-pembantu saya itu ternyata bikin onar. Mereka lapor ke saya kalau program peralihan energi alternatif beres, tapi nyatanya??? Saya jadi merasa bersalah kepada kalian yang telah dipaksa mengikuti mega proyek ini. Kenapa saya yang minta maaf? Ya tentu donk, saya kan pemimpin. Jadi siap bertanggung jawab atas kinerja institusi saya.

Ketiga, tentang bapak-bapak satpam yang akhir-akhir ini membuat drama yang seharusnya tidak kalian lihat, itu sebenarnya hanya untuk drama internal di gedung balai desa. Sebenarnya cerita drama itu tidak boleh keluar. Tapi kenyataannya berbeda. Hape-hape satpam itu sudah ada kameranya semua. Rupanya mereka iseng-iseng merekam. Ee… tidak taunya hapenya hilang. Ya, jadilah seperti sekarang. Nyebar sampai kemana-mana.

Keempat, sore kemarin saya ngobrol dengan isteri saya. Katanya ada warga kita yang main kelereng di desa tetangga. Eh, entah salah paham atau entah kenapa, koq warga kita itu dikejar-kejar kopral. Saya bilang saja ke isteri saya supaya sabar melihat dulu.

Yang terakhir, dua hari yang lalu saya kedatangan saudara saya yang tinggal di perbatasan desa. Dia mengeluh karena beberapa urusan penting yang ingin ditanyakan ke para pembantu saya selalu saja dijawab, “ini perintah dari atasan. Saya tidak bisa mengklarifikasi apapun.” Nanti ketika atasannya ditanya, jawabannya juga sama. Terus begitu, hingga akhirnya sampai ke rumah saya. Nah, saya harus menjawab bagaimana? Atasan saya kan kalian yang telah memilih saya?! Jadi, ini satu-satunya peringatan dalam pidato saya kali ini kepada para pembantu saya itu. Jangan seenaknya melempar permasalahan kepada atasan! Cukup dijawab dengan cara yang persuasif, mengayomi, minimal ditampung! Gitu lho!

Para hadirin.
Saya cukupkan sekian saja ya. Sekali lagi saya mohon maaf kalau pidato saya ini terdengar seperti curhat. Saya tidak bermaksud apa-apa. Cuma satu harapan saya, harap memberikan pengertian yang sebaik-baiknya. Desa kita ini luas, kecamatannya juga banyak. Sedangkan otak dan tubuh saya terbatas. Cukup itu saja ya. Terimakasih. * * *


2010