Mas Pa-eng

Aku Lali Nek Durung Mati. || Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Mung kadang-kadang ngedumel sithik.

Gambar Pekan Ini

Gambar Pekan Ini
Gambar berdasarkan mood yang muncul.

Subscribe and Follow

Instagram

recent posts

Ads

Contact Form

Flickr Images

Pendapatmu tentang blog ini?

Top Style

[4] [Tali Rasa] [one] [Tali Rasa]

Popular Posts

Top Slide

[5] [true] [slider-top-big] [Slider Top]

Kenang yang Kutangkap dalam Puisi

| No comment
Kenang Kunang
Usai makan malam -berarti beberapa menit sebelum ayah ke masjid- saya rebahkan badan di kursi bersandar malas karena perut begitu kenyang -artinya saya tidak akan ikut ayah saya ke masjid. Lampu pijar dua puluh lima watt itu sudah menyala temaram, tidak secerah dahulu karen asap dapur melekat kuning-kehitam-hitaman. Di bawah cahaya lampu yang seperti itu mataku menangkap sebuah catatan terselip di lemari perkakas.
"O God. Catatan puisiku."

Bau pekat dan debu seharusnya dapat mencegahku harus bersabar sedikit untuk membukanya lalu mengenang-ngenang masa lalu. Tapi kerinduan di dalam hati tidak lagi peduli pada debu-debu itu.Saya mulai membuka selembar demi selembar. Ada beberapa tulisan yang tak berjudul, ada pula yang tak bertanggal. Beberapa nama tertulis jelas karena untuknya lah puisi itu ditulis, beberapa peristiwa terukir jelas karena tidak semuanya harus tertulis buram.

Saya kembali berangan-angan: rambut gondrong dengan baju yang tidak pernah matching dengan celana, tas merah yang saya 'curi' dari seorang teman yang ia rampas dari teman seasramanya.  Pepohonan kelengkeng itu masih adakah? Kelak pohon-pohon itu akan bersaksi tentang puisi-puisi yang kutulis untuk sang kekasih.

Saya belum membaca isi buku itu, tapi kenangannya telah merasuk. Dan... Kenangan tentangmu juga. Lalu ada keinginan kembali menulis seperti dulu itu tapi untuk siapa. Saya tak memiliki motif yang cukup kuat. Hah, padahal menulis ya tinggal menulis, tak usah memikirkan tentang motif yang ada di baliknya.

 2013

.