1
Senja
mata yang malu-malu tertutup
keindahan sejati pertemuan siang dan malam
di depan Mahi
bersama Asri yang membaringkan punggungnya di dada kekasihnya
Kau sudah melihatnya?
Bahkan sudah kaumiliki
Jangan pergi
Untuk apa aku ikatkan seutas janji kalau akhirnya aku harus pergi. Aku takkan pergi.
Biasanya laki-laki seperti itu
Kau tidak mempercayaiku?
Bukan… bukan seperti itu maksudku
dahinya terkeriput
seperti senja yang ditinggal siang
ombak-ombak yang mencium jari-jari mereka
di senja yang lain
merenung ia ditelan awan
ditanya seorang perempuan bermata fajar
Tentang kekasihnya yang ditelan malam
Haruskah ku menyusulnya?
ia terdiam
sembunyi di balik awan
terlihat kakunya yang jingga dibasuh samudera
kau saksi kami berdua
Percuma
senja sudah pergi mengejar fajar
yang sembunyi di mata perempuan itu
malam semakin bersorak ria bersama bulan
jauh diujung lautan
bintang-bintang berbincang dengan ikan
mata fajar menemui senja
dengan gaun yang sama ketika
ia rebahkan tubuhnya di dada seorang pemuda
Mahi dan Asri
ia melangkah gontai di atas pasir yang terurai. Tangannya menjinjing sebuah kado senyumnya ia kirimkan untuk senja yang terpaku bersama awan
Tak usah lagi kau sembunyi dengan cerita tentang dia yang telah pergi. Kali ini adalah kisah tentang kami berdua di sini. Katika kakimu dijinjing meraba lautan lalu ditelan malam sunyi ketika tak perlu lagi janji.
matanya berembun membenamkan fajar dimatanya
tapi kemudian senja tersenyum dan mengembalikan kado yang baru ia terima
perempuan itu terkesima dengan dahi dilipat penuh tanda tanya
hingga punggungnya diraba dada yang dulu memeluknya
nafasnya ditarik dalam
Kenapa kau datang?
Karena ku percaya kamu
Aku tidak seperti yang dulu
Kita perbaiki karena memang aku yang salah. Tak seharusnya aku pergi
dan ia terbangun dari mimpi
lalu berlari dengan kado di tangannya
ke pantai
fajar sembunyi di balik matanya
lalu ia duduk mendekap kata-katanya.
Malang, 25 April 2007
Post a Comment