... ... ...
Kita tidaklah sendiri // dan terasing dengan nasib kita // Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan // Suka duka kita bukanlah istimewa // kerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh // Hidup adalah untuk mengolah hidup // bekerja membalik tanah // memasuki rahasia langit dan samodra // serta mencipta dan mengukir dunia // Kita menyandang tugas //
kerna tugas adalah tugas // Bukannya demi sorga atau neraka // Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
... ... ...
Kutipan dari "Sajak Seorang Tua kepada Isterinya" oleh WS Rendra
Hah, ideologi perjuangan? Memang sangat menggelikan berbicara tentang perjuangan di umurku yang melebihi seperempat abad ini, karena seharusnya yang kubicarakan adalah ideologi perbuatan. Ya, hidup adalah perbuatan. Begitu bukan kata Choiril Anwar? Dan dalam berbuat tentu suka dan duka akan datang silih berganti, seperti siang dan malam. Sekarang bahagia tanpa hitungan jari datanglah duka. Begitu juga dengan keberhasilan dan kegagalan. Semua itu bukanlah istimewa // karena setiap orang mengalaminya.
Kalau ditilik kembali ke masa lalu, sebenarnya kegagalan saya tak seberapa, tapi bukan berarti sisanya adalah kesuksesan. Tidak. Kesuksesan dan kegagalan itu adalah soal lain. tapi berbuat adalah soal yang lain lagi. Berkali-kali kakek berbicara tetang falsafah Jawa, nrima ing pandum nglenggana ing urip. Terimalah dengan ikhlas yang diberikan padamu dan berbuatlah untuk kehidupan. Ya memang berbuat untuk melaksanakan kerna tugas adalah tugas // bukannya demi sorga atau neraka // tetapi demi kehormatan seorang manusia. Menghormati (sebagai) manusia justru akan membuat hidup ini lebih bermakna, lebih kaya, dan lebih berarti.
Saya miris sekali ketika kembali ke tanah pijakan ini. Di mana-mana uang dan kekayaan adalah ukuran kesuksesan. Dasi dan kemeja adalah cerminan kemakmuran. Padahal, kenyataan tidak demikian. Seharusnya kekayaan adalah sisa dari kebutuhan. Kedermawanan dan kesederhanaan adalah sumber kebahagiaan. Dan kalau terus-terusan demikian, maka jiwa ini akan hampa, kosong, kehilangan mataairnya untuk bersemi dan mengembang.
Ah, bisa-bisanya saya ini, bicara seolah telah mencapai puncak kedamaian. Menasehati seolah telah sampai kematangan rohani. Padahal, seperti halnya kalian dan juga mereka, saya pun dalam pencarian.
Hah, lebih baik kututupkan saja celoteh narsistik ini dengan kembali mengutip sajak WS Rendra:
Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata." WS Rendra (1935-2009)
Bandarlampung, 9 Juni 2012
Post a Comment