Menunggu Buka |
Puasa ini saya mengira tidak akan bisa berkunjung ke Pulau Tegal. Tetapi selalu saja nasib tidak selaras dengan perkiraan. Meskipun dalam momen yang berbeda, silaturrahim tetaplah silaturrahim: mempertemukan jiwa yang rindu pada keakraban. Baiklah, cerita berikut mungkin bisa membuat kenangan ini pantas untuk dikenangkan:
Ramadhan, kata yang berarti panas menyengat, dan memang demikian adanya ketika Ramadhan datang. Banyak orang lebih memilih beraktifitas di dalam rumah atau gedung, untuk menghemat tenaga dan menunda dahaga tentunya. Anak-anak yang baru berlatih setahun dua tahun berpuasa pun lebih memilih berada di rumah, menonton televisi, bermain gadget, atau menambah pundi-pundi amal ibadah.
Namun tidak hari ini, Sabtu, 4 Agustus 2012, saya ditemani lebih dari empat puluh siswa --atau mungkin mereka saya temani-- berkumpul di sekolah; mengangkut lebih dari tiga puluh paket sembako dan beberapa kardus pakaian layak pakai yang disumbangkan oleh para siswa; berangkat usai Dhuhur mengejar surut laut yang akan menghalangi kami menyebrang ke Pulau Tegal.
Namun tidak hari ini, Sabtu, 4 Agustus 2012, saya ditemani lebih dari empat puluh siswa --atau mungkin mereka saya temani-- berkumpul di sekolah; mengangkut lebih dari tiga puluh paket sembako dan beberapa kardus pakaian layak pakai yang disumbangkan oleh para siswa; berangkat usai Dhuhur mengejar surut laut yang akan menghalangi kami menyebrang ke Pulau Tegal.
Kekhawatiran saya benar terbukti adanya, sore itu mendekati pukul tiga sore, dan air surut begitu jauhnya ke tengah laut. Tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, pasang-surut di bulan Agustus-November memang indah. Hamparan pasir yang selama ini terlihat bergelombang dari atas permukaan air kini bisa dengan bebas dijelajahi dengan kaki telanjang.
Puluhan siswa itu seperti menemukan mataair di tengah gurun, terkagum oleh batu karang yang tampak sangat jelas. Sulit sekali menemukan pemandangan seperti ini kalau tidak diving, karena pada bulan-bulan yang lain laut biru mengaburkan pandangan. Dari atas kapal mereka merapat ke tepi untuk mengobati rasa penasaran mereka. Syahdan, polah mereka membuat kapal oleng dan hampir-hampir terbalik.
Adalah Pak Saiman, ketua RT Pulau Tegal, telah menanti kedatangan kami sejak siang. Dengan mengenakan baju hijau tua dan kopiahnya ia menyambut kami. Di belakangnya berjajar adik-adik yang selama ini belajar di sanggar, memberi sambutan dengan senyuman. Kami pun beriringan menuju ke sanggar, menyiapkan bangku bersama, dan beramah-tamah dengan warga.
Kurang lebih tiga puluh menit kami duduk bersama menggelar acara kecil berupa sambut menyambut ucapan terima kasih dan permohonan maaf, game ringan dengan hadiah yang ringan, sampai bernyanyi bersama menembangkan lagu anak dan lagu kenangan.
Kenangan singkat ini memang pantas untuk dikenang. Satu paket kecil itu mungkin tidak bisa memberi kebahagiaan besar menjelang lebaran. Namun satu paket kecil itu semoga mampu menambal lubang kecil di antara lubang-lubang kecil lainnya. Saya tidak membanggakan apapun di sini. Saya hanya bersyukur ada yang berkenan saya ajak untuk berbagi kebahagiaan bersama anak-anak.
Pembukaan Acara |
Menunggu Buka |
Penyerahan Hadiah |
Menyalilah Risma |
Menyalilah yang Kencang Risma |
Post a Comment