Mas Pa-eng

Aku Lali Nek Durung Mati. || Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Mung kadang-kadang ngedumel sithik.

Gambar Pekan Ini

Gambar Pekan Ini
Gambar berdasarkan mood yang muncul.

Subscribe and Follow

Instagram

recent posts

Ads

Contact Form

Flickr Images

Pendapatmu tentang blog ini?

Top Style

[4] [Tali Rasa] [one] [Tali Rasa]

Popular Posts

Top Slide

[5] [true] [slider-top-big] [Slider Top]

Mengajari Membaca Saat Ini, Kau Temui Mereke Menulis Kelak

| No comment
Yang menarik dari pertemuan hari Minggu kemarin, 31 November 2013, adalah kompitisi di antara kami untuk mengajar anak-anak mengenal huruf, membaca, dan berhitung. Saya kebagian mengajari Wahyudi membaca. Dia memilih sendiri buku cerita dari rak buku di kelas. Pilihannya jatuh pada buku "Gara-gara Bermain Bola".

Mulanya Yudi terbata-bata membaca kalimat demi kalimat. Saya biarkan saja dia dalam "kesesatannya." Setelah saya mampu menguasai kegemasannya saya sendiri, mulailah saya turun tangan: mengambil buku tulis dan pensil. Yudi sudah mengenal dan mengahafal alfabet, sudah mengenal dan menghafal angka, hanya saja kesusahan menyambungkan huruf-huruf yang membentuk kata. Jadi, untuk membaca SEKOLAH dia akan membaca SEEE--Ka Oo KOOO--LA HA LAH. SEKOLAH. Dan kalau pas menemui kata yang sulit, maka akan sekenanya saja dia membaca. 


Saya teringat cara ayah saya mengajari membaca. Bermodal buku yang tidak laku dijual. Sambil menunggu orang menghantarkan rejeki, saya diajari membaca di toko buku warisan kakek. Dan sekarang toko buku itu sudah runtuh. Dulu sekali. Ayah melarang saya mengeja, juga melarang saya membaca dipanjang-panjangkan seperti Yudi itu, sambil mikir bacaan selanjutnya. Untuk membaca SEKOLAH, saya diizinkan diam lama untuk memikirkan bacaan. Jadi, antara SE dan KO bisa memakan waktu sampai sepuluh detik. Saya kadang masih mencuri-curi mengeja bacaan, tapi cukup di dalam hati. 



Saya merasakan hasil yang lebih baik dengan belajar membaca seperti itu (per suku kata), dan saya berlomba dengan teman-teman yang lain untuk mengajari anak-anak Pulau membaca yang baik dan benar. Metode saya kah atau metode mereka yang akan membuahkan hasil lebih cepat.

Jadi, Wahyudi adalah proyek saya untuk bisa membaca dengan baik dan benar dalam waktu hhmmm satu bulan. Semoga.

Yang lain?? Ya, mereka punya garapannya sendiri. Ups, kayak ladang aja. Ada yang menghafal perkalian dasar. Perkalian satu, dilanjutkan perkalian lima, perkalian sembilan dan yang terakhir perkalian angka yang sama. Hasilnya?? Sekarang belum bisa dilihat. Sama seperti proyek saya, kita lihat saja tahun baru mendatang.

* * *

Melihat keceriaan mereka ketika bermain, antusiasme mereka ketika belajar, atau keluh mereka ketika melihat kami berpamitan menjadi semacam magnet yang menarik kami kembali. Biasanya saya selalu berenang bersama mereka, menaiki kano mandayuh hingga pesisir tampak begitu jauh. Entah saya yang sudah tak lagi punya tenaga atau mereka yang jauh lebih jago berenang, saya tidak pernah memenangkan perlombaan renang mencapai daratan.

Mereka sering memperingatkan warna kain yang pas untuk berenang. Rupanya tidak sembarang warna celana boleh dipakai untuk menyelam. Ini bukan tentang mitos, tapi tentang kearifan lokal. Mungkin dari pengalaman, mungkin dari cerita nenek moyang, mereka memiliki nilai-nilai seperti ini. Dan dari mereka saya jadi tahu beberapa binatang laut tertarik dengan beberapa warna.
Kalau sudah begini, siapa belajar dengan siapa?