Mas Pa-eng

Aku Lali Nek Durung Mati. || Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Mung kadang-kadang ngedumel sithik.

Gambar Pekan Ini

Gambar Pekan Ini
Gambar berdasarkan mood yang muncul.

Subscribe and Follow

Instagram

recent posts

Ads

Contact Form

Flickr Images

Pendapatmu tentang blog ini?

Top Style

[4] [Tali Rasa] [one] [Tali Rasa]

Popular Posts

Top Slide

[5] [true] [slider-top-big] [Slider Top]

Lunaversary Pertama

| No comment
Ngakak Bareng Pacar Bag.1
 Sungguh, umur pernikahan kami masih tak lebih tua dari sebutir jagung. Tentu kalimat itu hanya kiasan saja, sebab satu bulan bagi jagung adalah waktu yang cukup untuk menancapkan akarnya ke dalam tanah. Orang-orang sering mengibaratkan rumah tangga sebagai sebuah bahtera karena kemiripan keduanya sebagai kendaraan yang digunakan untuk mengarungi luas lautan kehidupan. Ada juga yang mengibaratkannya sebagai bangunan yang didirikan sebagai tempat berteduh, berlindung dari rasa takut.

Tentu pengibaratan seperti itu sah adanya. Lalu kalau pernikahan kami diibaratkan bangunan maka fase-fase kami kami saat ini adalah sedang memilih bahan material.

Wah, terlambat dong? Mungkin ada yang berpikiran demikian. Tak apalah karena yang terpenting adalah kemampuan mengambil hikmah dari setiap peristiwa dalam sebulan ini.

Kami sudah mendengar tentang desain sebuah rumah yang di-share di beberapa situs atau fan page. Kemudian kebutuhan bahan yang dibutuhkan dengan kualitasnya yang baik ataupun buruk. Belum lagi ilmu fangsui yang menyarankan arah mana sebaiknya halaman rumah anda menghadap sehingga cahya mentari dan angin mudah masuk.

Salah satu permasalah yang dihadapi oleh para fresh graduated adalah kesenjangan antara keilmuan yang baru dipelajari di perkuliahan dengan realita di masyarakat. Kira-kira menurut saya begitu. Sama halnya dengan pernikahan kami. Di usia yang baru sebulan ini kami temui banyak hal yang ternyata teori dan kenyataan tak sama. Ada kesenjangan. Lebar sempit kesenjangannya tak bisa kuceritakan di sini.

Jauh sebelum menikah, saya diajari tentang hak dan kewajiban seorang suami. Rujukannya tak banyak, hanya dari kitab ‘Uqudul Lijain yang terkenal itu. Sekelumit saja tentang isi buku itu:

… Suami itu punya tanggung jawab yang besar. Kedepankanlah untuk memenuhi tanggung jawab itu, baru mintalah hakmu atas istrimu. Minta telah lembut dan penuh kasih sayang.
… Suami itu memiliki keistimewaan yang luar biasa. Dilegitimasi oleh Alquran: Suami itu menjadi pelindung bagi para isteri, karena Allah yang memberinya keistimewaan itu dan karena suami telah memberikan nafkah dari hartanya. Laki-laki pantas menjadi pelindung kalau dua syarat itu dilakukan.
… Isteri juga memiliki kewajiban yang tak kalah besarnya. Dilegitimasi oleh Rasulullah sebagai pemegang kunci ridho Allah. Sedangkan ridho paling agung adalah mendapatkan tempat di surga.
Dan masih banya nasihat lainnya. 


Ngakak Bareng Pacar Bag.2
Tetapi bukan pengetahuan tentang kewajiban dan hak itu yang menjadi tantangan kami. Kesadaran bahwa kami memiliki maqom sendiri-sendiri. Dari maqom itu muncul kewajiban dan hak yang tiba-tiba melekat. Di sinilah yang rentan menjadi masalah. Makanya, kami kembalikan kepada titik awal pemberangkatan mengapa kami pada akhirnya memutuskan untuk menikah.

Umur pernikahan satu bulan memang belum ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan tujuan jauh nan panjang dari pernikahan kami: ilaahiy anta maqshuudiy wa ridhooka mathluubiy. Engkaulah tujuan hidupku dan ridho-Mu lah yang aku cari-cari. Namun, jangan dikira yang sebentar ini tiada artinya, yang seumur jagung ini tak ada gunanya. Justru saya merasakan banya hikmah yang susah untuk diceritakan, justru yang seolah-olah tak ada apa-apanya ini justru memiliki peran yang besar sebagai pangkal perjalanan panjang.

Saat ini, kami sedang menggali tanah untuk ditanami benuh tumbuhan di atas tanah yang asing, yang tak dikenal, yang banyak sekali kemungkinan-kemungkinan: mungkin tanah ini subur karena berkah-Nya dan juga mungkin kering oleh murka-Nya. Mengubur/memendam adalah salah satu proses menumbuhkan. Sebatang pohon takkan sempurna kalau tak ditanam ke dalam tanah. Saya teringat ucapan Ibnu Athoillah: Pendamlah wujudmu dalam tanah tak dikenal karena sesuatu yg tumbuh dari benih yang tak ditanam buahnya tiada sempurna.

Perlahan, dalam sebulan ini, yang dipendam adalah keinginan dan hasrat untuk melahirkan sabar. Yang dipendam adalah impian untuk melahir kepasrahan yang tulus pada-Nya. Benih jagung tentu tak ditanam di lubang tanah sedalam durian atau kelapa. Benih jagung tak bisa ditaruh di atas tanah sawah begitu saja karena kami tak sedang menanam kecambah.

Ini tak semudah beretorika. Ini tak semudah mempelajari kitab 'uqudullijain kala itu. Tapi pelajaran dalam kehidupan tetap harus dipahamkan. Dan saya bersyukur, dalam jarak yg memisahkan kami padahal seharus kami menyatu, Allah memberi saya banyak hikmah.

2014